Implikasi Tasawuf pada Surah Al-Baqarah Ayat 2
1. Mengenai 'Dzalikal Kitab' (Kitab Ini) - Dimensi Rahasia
Pemahaman Lahiriah: Al-Kitab merujuk pada Al-Qur'an yang tertulis, sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢
"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,"
Pemahaman Tasawuf (Batiniah): Para sufi sering memahami Al-Kitab tidak hanya sebagai mushaf yang terbaca (huruf-huruf), tetapi juga sebagai:
- Kitab Agung (Al-Qur'an Hakiki): Ilmu Allah yang azali (tanpa permulaan), yang termanifestasi dalam wujud Al-Qur'an.
- Hati Sanubari (Qalb): Hati seorang salik (penempuh jalan sufi) yang telah dibersihkan (tazkiyatun nufs) adalah tempat di mana cahaya petunjuk (hidayah) dari Al-Kitab sejati tertanam dan dapat dibaca. Hati yang bersih menjadi 'kitab' yang menerima dan memahami rahasia-rahasia Ilahi.
- Alam Semesta (Kitab al-Takwin): Seluruh alam adalah manifestasi firman dan hukum Allah. Salik membacanya untuk mengenal Sang Pencipta.
2. Mengenai 'La Raiba Fiih' (Tidak Ada Keraguan di Dalamnya) - Dimensi Yakin
Pemahaman Lahiriah: Tidak ada keraguan bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang murni dan benar.
Pemahaman Tasawuf (Batiniah):
- Penghilangan Keraguan Diri: La raiba fiih diartikan sebagai perintah bagi salik untuk mencapai tingkat Yakin (Ya'qin) yang tinggi, di mana keraguan dan kebimbangan (raib) tidak lagi menyentuh hati dan akal.
- Tingkatan Ya'qin: Dalam Tasawuf, ada tingkatan yakin:
- 'Ilmul Yaqin: Yakin berdasarkan ilmu (pengetahuan).
- 'Ainul Yaqin: Yakin berdasarkan penglihatan batin (musyahadah/penyaksian).
- 'Haqqul Yaqin: Yakin berdasarkan pengalaman hakikat (bersatu dengan kebenaran).
Ayat ini mendorong salik untuk membersihkan hati dari segala bentuk raib (keraguan) yang bersumber dari hawa nafsu dan bisikan setan, sehingga ia mencapai kebenaran mutlak (al-Haqq).
3. Mengenai 'Hudal Lil-Muttaqin' (Petunjuk Bagi Orang-Orang yang Bertakwa) - Dimensi Perjalanan Ruhani
Pemahaman Lahiriah: Petunjuk bagi mereka yang memelihara diri dari siksa Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Pemahaman Tasawuf (Batiniah):
- Huda (Petunjuk): Bukan sekadar informasi, tetapi Cahaya Ilahi (Nur Ilahi) yang membimbing jiwa (ruh). Petunjuk ini membuka jalan (tariqah) menuju kedekatan (qurb) dengan Allah.
- Al-Muttaqin (Orang-orang yang Bertakwa): Dalam Tasawuf, takwa adalah tingkat kesadaran tertinggi. Takwa bukan hanya menjauhi larangan, tetapi menjaga hati (sirr) agar tidak pernah berpaling dari Allah sekejap pun. Mereka adalah:
- Orang yang selalu muraqabah (merasa diawasi Allah).
- Orang yang membersihkan hati dari segala ghairullah (selain Allah).
- Orang yang menjalankan riyadhah (latihan spiritual) dan mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu) untuk mencapai ma'rifah (mengenal Allah).
Inti Ajaran Tasawuf dari Ayat Ini:
- Ayat ini adalah seruan untuk memulai perjalanan ruhani (suluk). Al-Qur'an adalah peta, tetapi hanya jiwa yang bersih dari keraguan dan dihiasi dengan ketakwaan hakiki (taqwa al-khawwash) yang dapat mengikuti petunjuknya untuk mencapai penyaksian (musyahadah) dan pengenalan (ma'rifah) terhadap Allah.
- Jiwa yang bersih hanya akan didapatkan ketika seseorang rela terhadap kesadarannya tentang diri pribadinya yang pernah suci tanpa ternoda, dan noda itu ada setelah ia akil baligh.
- Jiwa yang bersih adalah kembali kepada awal kelahirannya, tidak ternoda, harapan dari jiwa adalah kesadaran tertingginya untuk kembali kepada penciptanya.
