Siapa sesungguhnya yang harus mengatakan itu?

Surah Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad) adalah inti dari tauhid dan merupakan tema sentral dalam diri seseorang. Menurut pandangan diri, surah ini tidak hanya menjelaskan sifat-sifat Allah secara Mutlak, tetapi juga merupakan peta jalan menuju kemurnian hati (ikhlas) dan penyatuan spiritual (fana’) dengan Realitas keesaan Allah.

Berikut adalah pandangan diri hamba untuk setiap ayat:

1. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)

Artinya: Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa."

Coba cermati ayat setiap kata, kata قل (Katakanlah olehmu) itu adalah kata perintah, dan itu mutlak mesti/harus diketahui oleh yang memerintahkan dan yang diperintahkan untuk berkata apa dan apa yang akan dikatakan, kemudian siapa yang akan mengatakan itu.

kemudian diperjelas dengan kata هو (Dia) maka hamba yang berkata dan hamba diperintahkan untuk mengatakan sesuatu tentang Dia, artinya hamba diperintahkan untuk mengatakan Dia, jika diperjelas lagi maka seperti ini (Aku berkata bahwa Dia), siapa Dia?.

Selanjutnya adalah kalimat lsmu Zat (اسم الذات) Penamaan Zat atau menamai Zat, yaitu الله (Allah) nama ini adalah nama Zat yang Maha Suci, mereka sering menyebutnya dengan Zat Allah Ta'ala yang Maha Suci, sehingga sering disebutkan bahwa ini adalah zikir Ism Zat.

Ismu Zat ini terdiri dari beberapa huruf, yaitu ا ل ل ه ( Alif Lam Lam Ha ) menurut tatanan bahasa Arab bahwa Ismu Zat itu asalnya adalah اِلَهٌ bentuk atau jenisnya adalah Isim Nakiroh (Bermakna Umum) ditandai dengan adanya harokat Tanwin, untuk mema'rifahkan (Memberi makna Khusus) isim Nakiroh salah satunya adalah dengan menambahkan huruf Alif dan Lam (ال), maka kata ال + اله jika diurai menjadi ال ا له seperti itulah bentuknya, huruf Alif pada kata اله menjadi tanda mad asli, dan hurug Alif dan Lam ال disatukan dengan kata له maka jadilah kata Ismu Zat الله.

Kata selanjutnya adalah اَحَدٌ (Esa) ini adalah haknya Allah yang Maha Suci, sedangkan haknya Makhluk adalah واحد (Satu) bisa dilihat dari asal kata yang sama, dan bedanya adalah perubahan satu kata krpada kata yang lain sehingga memilki makna yang berbeda secara bahasa dan makna, namun hakikatnya adalah bahwa yang Ahad itu ternyata terdapat dalam diri seorang hamba, secara lahiriyah hamba itu dirinya hanya satu, namun secara batiniyah terdapat nilai ke Ahadan Allah pada diri seorang hamba yang menjadikan hamba tersebut menjadi hidup dalam genggamanNya dan meliputi segala hal ihwal hamba tersebut dalam keesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Pada akhirnya timbul pertanyaan; Siapakah didiri seorang hamba yang satu yang mendapatkan perintah untuk mengatakan Allah Ahad? dan manakah yang Ahad itu didalam diri seorang hamba yang nantinya dialah yang akan mentakan Ismu Zat (الله) tersebut?. ini adalah amalan atau pekerjaan khusus seorang hamba yang Allah beri paham untuk mengenal diri hamba dan Allah sebagai penciptanya.

Allahu A'lam

Muhammad Syafi'i Tampubolon

Posting Komentar

Komentar yang bijak akan kami hargai dengan bijak pula.